Goa calau petak – bukit bulan jambi


Pengalaman menarik saya alami sekitar akhir tahun 2008 dimana saya di tugaskan menjadi surveyor untuk pengembangan wisata di kabupaten sarolangun jambi. Beberapa potensi wisata yang saya kunjungi adalah taman nasional bukit dua belas, goa di bukit bulan, serta sungai batang asai. Namun kali ini saya akan bercerita mengenai goa di daerah bukit bulan yang masyarakt sekitar di sebut goa calau petak.
Dari bandung saya bersama sorang teman, namun karena sakit maag nya kumat, pada survey goa di bukit bulan ini saya  ditemani bang buram (supir sekaligus guide) dan pak zarnuji (utusan disbudparporada kabupaten sarolangun – jambi) jadi teman saya biarkan istirahat di camp sarolangun. Setelah menyiapkan seluruh akomodasi kami bertiga pun menuju bukit bulan yang berada di kecamatan limun. Oh iya persiapkan bensin full tank kalo bisa tambah jerigen persediaan selama di pom bensin sarolangun soalnya tidak ada lagi pom bensin yang dapat di temui selama perjalanan kurang lebih 70km ini, yang ada hanya agen bensin yang harganya sangat mahal itupun kalo persediaan nya masih ada.
Perjalanan menuju kecamatan limun melewati DAM kutur sebuah DAM terbesar di jambi. Akses menuju bukit bulan ini sangatlah terjal dan rusak parah. Walaupun ada jalan beraspal namun lobang-lobang  besar memenuhi jalan, harus sopir berpengalaman dan kondisi mobil yang prima untuk melalui nya. Selepas jalan aspal dan berlobang kita di suguhi oleh jalan tanah yang berkelok kelok, turun naik, menyusuri perbukitan sangat terjal, di kanan – kiri terdapat jurang yang sangat dalam, perjalanan off road pokoknya menyulut adrenalin, peganganyang erat aja pokoknya hehehe.
Setelah hampir 3 jam perjalanan off road dan mengguncang-guncang tubuh sampai  juga kami di desa maribung bukit bulan. Kami langsung menghubungi kepala desa setempat dan mungungkapkan maksud dan tujuan kami. Beliau pun menyambut baik dan antusias mengerahkanawarga untuk mengantarkan ke goa calau petak. Sambutan yang luar biasa di berikan warga sekitar mereka bersedia mengantar dan meminjamkan alat penerangan semacam petromak atau kalo tidak salah dengar mereka menyebutnya serongkeng.
Dari desa perjalanan sekitar 300 meter menuju mulut goa. Goa ini menyambungkan antar desa. Rencananya kita akan masuk goa dari desa maribung dan keluar dari desa napal melintang. Untuk mencapai mulut goa kita harus mendaki dulu sedikit. Warga juga memperingatkan bahwa batuan yang terdapat di goa sangat licin. Ribuan kelelawar menyambut dan aromanya menyengat ketika saya mulai memasuki goa, keadaan yang sangat lembab juga menyelimuti.
Goa ini diperkirakan berjarak 1,5 km untuk sampai tembus ke desa napal melintang. Saya dan warga semakin masuk ke dalam goa, terus menuruni batuan, kadang harus merunduk. Didalam goa juga terdapat beberapa cabang perlintasan, Untung beberapa warga membawa alat penerangan sehingga tidak terlalu gelap didalam dan tidak tersesat serta saya bisa menyaksikan keindahan dalam goa calau petak. Terdapat titik – titik yang sangat menarik di dalam goa. Warga disana menyebut tempat tempat tersebut diantaranya perahu dewa, tempat mandi putri, kayangan, tirai dewa dan lain sebagainya. Sebagian warga mempercayai bahwa tempat ini sebuah kerajaan dewa masa lalu.
Di dalam goa juga terdapat aliran sungai yang sangat jernih, paling dalam setinggi lutut orang dewasa. Satu jam berlalu Tidak terasa setelah melihat keindahan goa samapi pada satu titik terang dimana mulut goa desa napal melintang sudah terlihat. Keluar dari goa sudah menunggu kepala desa napal melintang dan beberapa warga, mereka menyambut saya dengan hangat. Mereka juga menunujukan tempat peristirahatan dewa tidak jauh dari mulut goa desa napal melintang. Untuk mencapai goa tempat peristirahatan dewa harus mendaki dulu dan agak terjal, banyak berpegangan pada akar pohon besar untuk bisa sampai.
Tempat peristirahatan dewa adalah ruangan sebesar kurang lebih 4x4 meter dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Walaupun berukuran kecil dibanding titik titik di dalam goa calau petak tempat ini tidak tau mengapa sangat indah saya piker terdapat batu batu yang menyerupai kursi dan tempat tidur, mungkin memang tempat peristiratan dewa ya hehe.
Setelah turun dari peristirahatan dewa saya dan warga beristirahat di depan pintu masuk goa calau petak, tidak lama kami pun pulang ke desa napal melintang terus ke desa maribung setelah berpamitan dan hari mulai sore kami bertiga pun pulang kembali ke camp sarolangun jambi.

Demikian cerita singkat ini, Terma kasih kepada :ALLAH SWT, warga desa maribung dan desa napal melintang, bang buram, pak joni rusman dan pak jarnuzi dari disbudparporada kota sarolangun jambi serta teman teman camp sarolangun.
Previous
Next Post »